Malulah Kita Mengaku Muslim, Jika Jarang Membaca al-Quran ?
BENARKAN Anda layak disebut seorang Muslim? Jawabannya
gampang saja.
Berapa lama Anda meluangkan waktu dalam sehari untuk baca
dan memahami isi kandungan al-Quran?Coba bandingkan, berapa cepat Anda membaca
koran dan al-Quran setiap hari? jawabannya, banyak kaum Muslim, lebih cepat
membaca koran dibanding kitab suci pegangan mereka sendiri. Padahal, membaca
al-Qur’an merupakan ibadah yang paling utama dan dicintai Allah. Dalam hal ini
para ulama sepakat, bahwa hukum membaca al-Qur’an adalah wajib ‘ain.
Maknanya, setiap individu yang mengaku dirinya Muslim harus
mampu baca al-Qur’an dengan baik dan benar. Kalau tidak, maka ia berdosa.
Karena bagaimana mungkin kita mengamalkan al-Qur’an tanpa mau membaca dan
memahaminya. Beriman terhadap al-Qur’an bukan sekedar percaya saja, namun
mesti dibuktikan dengan implementasi yang nyata sebagai tuntutan dari iman tersebut
yaitu membaca, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Al-Qur’an merupakan pedoman, konsep, dan aturan hidup
manusia. Dalam konteks hablum minallah, al-Qur’an mengatur relasi hamba dengan
khaliqnya. Hubungan vertikal ini dalam bahasa syariat disebut ibadah seperti
shalat, puasa, zakat dan haji. Sedangkan dalam konteks hablum minan naas,
al-Qur’an menjelaskan tata cara pergaulan dan hubungan manusia dengan
dirinya, manusia lain dan makhluk Allah lainnya. Hubungan horizontal ini
dikenal dengan sebutan muamalah.
Konkritnya,
al-Qur’an memberi petunjuk bagaimana mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
Mengamalkan al-Qur’an merupakan kewajiban bagi setiap
muslim, bahkan menjadi syarat utama menjadi seorang yang beriman. Allah swt dan
Rasul-Nya saw telah memerintahkan kita untuk mengamalkan ajaran al-Qur’an dan
as-Sunnah, agar kita selamat dunia dan akhirat. Bahkan Rasulullah saw
mengingatkan kita akan penting pengamalan terhadap al-Qur’an dan sunnah Rasul
saw dengan sabdanya, “Aku tinggalkan kepada kamu sekalian dua hal, jika kamu
berpegang teguh kepada keduanya niscaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya,
yaitu al-Qur’an dan Sunnah Rasul saw.” (H.R. At-Tirmizi) Hadits ini
menunjukkan bahwa orang yang sesat itu orang meninggalkan ajaran
al-Qur’an dan As-Sunnah.
Namun sayangnya, selama ini kebanyakan umat Islam telah
meninggalkan al-Qur’an. Al-Qur’an tidak mendapat perhatian dan tidak dibaca
untuk diamalkan sebagaimana mereka sibuk membaca bacaan lain selainnya. Selama
ini kita mampu membaca surat kabar, majalah dan buku setiap hari, namun kita
tidak mampu membaca al-Qur’an. Kita mampu membaca dan mengkhatamkan surat kabar
yang jumlah kata atau hurufnya hampir sama dengan 1 juz al-Qur’an dalam waktu
belasan menit, namun kita tidak mampu membaca beberapa halaman dari al-Qur’an.
Begitu pula kita mampu membaca majalah yang tebalnya
seperempat atau sepertiga al-Qur’an dalam waktu beberapa jam, namun giliranya
membaca al-Qur’an kita tidak mampu membaca beberapa juz dalam waktu yang sama.
Bahkan kita mampu membaca dan mengkhatamkan buku novel, komik dan roman yang
tebalnya sama dengan al-Qur’an dalam waktu seminggu, namun kita tidak mampu
mengkhatamkan al-Qur’an dalam waktu yang sama, bahkan sebulan sekalipun. Inilah
kondisi iman kita saat ini yang sangat lemah dan kritis.
Banyak kaum Muslim –bahkan lulusan S2, S3, bergelar profesor
sekalipun– tak pernah sekalipun baca al-Quran. Jutaan kaum Muslim masih tidak
mengerti hukum-hukum Islam yang hanya berskala kecil-kecil untuk kebutuhan
mereka sendiri. Padahal dalam al-Quran, semuanya sudah tertuang sangat lengkap.
Karena itu, jangan heran di berbagai media; seperti TV, Radio, koran atau
majalah dipenuhi pertanyaan masalah hukum agama yang mengulang-ulang dari tahun
ke tahun. Sebut saja, pertanyaan seputar hukum zakat, thahara, dll. Padahal,
jika kaum Muslim mau merelakan waktunya membaca dan memahami al-Quran, mereka
akan paham kandungannya.
Yang
terjadi sebaliknya, mengaku Muslim, tetapi selalui awam urusan kaum Muslim
sendiri. Sungguh memalukan!
Senantiasa
Kenyang
Sejatinya
kita bercermin kepada kehidupan orang-orang yang shalih. Mereka menjadikan
al-Qur’an sebagai buku bacaan hariannya. Mereka tidak pernah bosan dan kenyang
dengan al-Qur’an, sebagaimana diungkapkan oleh Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu,
“Kalau hati kita bersih, maka kita tidak pernah kenyang dengan al-Qur’an.”
Karena
dengan senantiasa membaca al-Qur’an, kita akan mendapatkan banyak kebaikan.
Asy
syahid Sayyid Quthub mengatakan dalam muqaddimah tafsirnya, “Hidup dalam
naungan al-Qur’an adalah nikmat. Nikmat yang hanya diketahui oleh siapa yang
telah merasakannya. Nikmat yang akan menambah usia, memberkahi dan
menyucikannya.”
Sungguh banyak keutamaan dan keuntungan yang diperoleh bagi
orang yang membaca al-Qur’an. Keuntungan tersebut tidak dimiliki oleh bacaan
lainnya seperti surat kabar, majalah dan buku. Diantara keutamaan dan
keuntungan orang yang membaca al-Qur’an yaitu;
Pertama:
orang yang membaca Al-Qur’an akan
mendapatkan syafaat (pertolongan) pada hari Kiamat nantinya berdasarkan sabda
Rasulullah saw bersabda: ”Bacalah al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada
hari kiamat nanti memberi syafaat bagi orang yang membacanya.” (H. R. Muslim).
Tentunya tidak hanya sekedar membaca, juga mengamalkannya. Namun demikian,
tanpa membaca al-Qur’an maka tidak mungkin kita mengamalkannya. Selain
Rasulllah saw, tidak seorangpun yang mampu memberikan pertolongan kepada
seseorang pada hari hisab, kecuali al-Qur’an yang dibaca selama ia hidup di
dunia.
Kedua, Rasulullah
saw menegaskan bahwa orang yang terbaik di antara manusia adalah orang yang mau
mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an, sesuai dengan sabdanya, ”Sebaik-baik
kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan yang mengajarkannya” (H.R.
Bukhari). Oleh karena itu, orang yang terbaik di dunia ini bukanlah orang yang
punya memiliki harta yang melimpah, jabatan maupun pangkat yang tinggi. Namun,
disisi Allah Swt orang terbaik itu adalah orang yang mau belajar al-Qur’an dan
mengajarkan kepada orang lain.
Ketiga, orang
yang pandai membaca Al-Qur’an akan disediakan tempat yang paling istimewa di
surga bersama para malaikat yang suci. Sedangkan orang yang membaca
terbata-bata (belum pandai), maka ia akan diberi dua pahala yaitu pahala mau
belajar dan kesungguhan membaca, sesuai dengan sabda Rasulullah saw, ”Orang
yang pandai membaca al-Qur’an akan ditempatkan bersama kelompok para Malaikat
yang mulia dan terpuji. Adapun orang yang terbata-bata dan sulit membacanya
akan mendapat dua pahala.” (H.R Bukhari & Muslim).
Keempat, kejayaan
suatu umat Islam itu dengan membaca al-Qur’an dan mengamalkannya. Namun
sebaliknya, musibah yang menimpa umat ini disebabkan karena sikap acuh tak acuh
kepada al-Qur’an dan meninggalkannya.
Rasulullah
saw bersabda: ”Sesungguhnya Allah Swt meninggikan (derajat) ummat manusia ini
dengan Al-Qur’an dan membinasakannya pula dengan Al-Qur’an.” (H.R Muslim).
Inilah rahasia mengapa generasi awal umat Islam (generasi
sahabat, tabi’in dan tabi’itabi’in) menjadi generasi terbaik umat ini
sebagaimana dinyatakan oleh Rasul saw. Mengapa demikian? Jawabannya adalah
karena mereka mengamalkan al-Qur’an dan sunnah Rasul saw. Maka Islampun berjaya
pada masa-masa mereka, sehingga tersebar keseluruh penjuru dunia. Namun,
setelah generasi tersebut sampai saat ini umat Islam meninggalkan al-Qur’an sehingga
umat Islam menjadi lemah dan hina karena dijajah oleh orang kafir, bahkan
dizalimi dan dibunuh seenaknya oleh orang kafir akibat meninggalkan al-Qur’an.
Kelima, orang
yang membaca dan mendengar al-Qur’an akan mendapatkan sakinah, rahmah, doa
malaikat dan pujian dari Allah.
Nabi
saw bersabda: ”Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah Allah
(masjid) untuk membaca Kitabullah (al-Qur’an) dan mempelajarinya, melainkan
ketenangan jiwa bagi mereka, mereka diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para
malaikat, dan Allah menyebut nama-nama mereka di hadapan para Malaikat yang ada
di sisi-Nya.” (H.R Muslim).
Memang, membaca dan mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an
menentramkan hati kita sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Swt, ““…Ingatlah,
hanya dengan zikir (mengingat) Allah hati menjadi tenang.”. (Q.S Ar-Ra’d:
28). Al-Qur’an merupakan zikir yang paling afdhal (utama). Oleh karena itu,
ketenangan tidaklah diperoleh dengan harta yang banyak, pangkat dan jabatan,
namun diperoleh dengan sejauh mana interaksi kita dengan al-Qur’an.
Keenam,
mendapat pahala yang berlipat ganda. Rasulullah Saw bersabda: ”Barangsiapa
yang membaca satu huruf Kitabullah maka ia mendapat satu kebaikan, dan satu
kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif
laam miim itu satu huruf, tapi alif itu satu huruf.” (H.R at-Tirmizi)
Bahkan, membaca “alif lam mim” saja kita mendapatkan pahala
sebanyak 30 kebaikan, maka bagaimana dengan membaca sejumah ayat-ayat yang
dalam satu halaman al-Qur’an? Bahkan berapa jumlah pahala yang kita peroleh
bila kita mampu membaca 1 juz dengan jumlah huruf ribuan atau ratusan ribu?
Tentu pahalanya sangat banyak, bahkan kita tidak sanggup menghitungnya.
Demikianlah berbagai keutamaan dan keuntungan bagi orang
yang membaca dan mempelajari al-Qur’an pada bulan-bulan biasa. Maka,
terlebih lagi pada bulan Ramadhan sebagai bulan al-Qur’an?! Tentu,
pahalanya berlipat ganda dibandingkan dengan bulan-bulan biasa. Maka, sangatlah
rugi bagi orang-orang yang tidak mau membaca dan mempelajari al-Qur’an,
terlebih lagi di bulan Ramadhan yang dilipat gandakan pahala padanya. Dan
keutamaan-keutamaan tersebut tidak dimiliki oleh bacaan lainnya selain
al-Qur’an.
Akhirnya, marilah kita manfaatkan hari-hari di bulan
Ramadhan yang tinggal beberapa hari ini dengan berbagai aktivitas ibadah,
khususnya membaca al-Qur’an.
Tidak ada salahnya pula, mulai hari ini, kita
memprioritaskan diri untuk membaca dan mempelajari isi al-Qur’an. Setidaknya,
sama lamanya dengan membaca koran setiap hari. Semoga..!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar